BOIKOT ?? #perspektifFeni
Kemarin pas lagi jalan2 tiba2 ada yg nyeletuk ke aku “mba raya skrg uda ga boleh ke m*d dong, kan perusahaan zio*is dan jawaban aku cuman senyum. Iya senyum karena jujur pertengkaran hebat di otak aku semenjak adanya berita boikot untuk perusahaan2 yg mendukung zi*nis. Disclaimer aku bukan tidak setuju sama aksi ini karena aku sangat pro palestina dan akupun berusaha maksimal menjelaskan pada anak2 dgn cara sederhana bahwa palestina sedang berjuang mempertahankan haknya yg direbut israel. Yang membuat aku netral itu adalah kasus boikot di negara kita.
Perdebatan besar di pikiran dan hati aku, bahwa manusia sesungguhnya sulit melihat masalah secara objektif, kita cuman bisa mengganti sudut pandang kita sebelum menyimpulkan benar atau salah dari sebuah masalah. Tapi balik lagi yah ini cuman pendapat aku sebagai ibu rumah tangga beranak 2 dgn tingkat ekonomi dan sosial menengah ke bawah 🙂
Sebagai orang yg pro palestina aku setuju bahwa aksi boikot di negara ini sebagai cara kita menunjukan dukungan kita kepada negara palestina, tapi coba ubah sudut pandangnya klo posisinya kita atau keluarga kita ada yg bekerja dan menggantungkan hidupnya di perusahaan2 ini?? Siapa yg akan bertanggung jawab terhadap hidup mereka klo misalnya terjadi pengurangan pegawai atau bahkan PHK massal karena keuntungan menurun. Karena kadang masyarakat yg ekonominya menengah kebawah bukannya tidak mau memilki pendirian dan prinsip tapi kebutuhan ekonomi membuat mereka ga punya pilihan selain tetap bekerja dan menggantungkan kehidupan keluarganya di perusahaan tersebut.
Klo aku membayangkannnya seperti ini, aku punya keluarga yg bekerja di perkreditan sebuah bank konvensional secara syariat agama yg aku anut sebenernya ini adalah pekerjaan yg cukup rentan dibatas haram tp dia sudah mencari pekerjaan dibanyak tempat dan yg menerimanya ya diperusahaan itu, aku sebagai saudara pun gabisa melarang karena aku sadar akupun blm bisa membiayai hidup keluarganya apalagi membuatkan dia lowongan perkejaan, lalu bayangkan dimasa depan MUI melarang adanya perkreditan dan menutup semua bank konvensional? Di satu sisi sebagai umat islam aku setuju tapi disatu sisi aku tidak setuju karena siapa yg akan menanggung saudara aku yg kehilangan pekerjaan ini?
Jadi balik lagi kasus boikot di negara ini buat aku cukup dilematis pasti akan ada trus pro dan kontra karena dalam diri aku pun gabisa memutuskan harus setuju apa tidak dgn keputusan ini. Semoga negara ini perekonomiannya bisa lebih baik lagi supaya klo ada kasus seperti ini, masyarakat kita siap 100% untuk setuju tanpa ada rasa bersalah pd keluarga yg bekerja di perusahaan tersebut.
Comments
Post a Comment